Investasi Dana Pensiun

PASAR SAHAM ERA SUKU BUNGA RENDAH

Friday, 20 December 2019

Tren suku bunga rendah di pasar global mendorong investor mencari instrumen dengan imbal hasil lebih menarik di negara-negara pasar berkembang. Tren ini akan mengangkat sentimen positif pasar saham Indonesia.

Tak bisa dipungkiri, kekhawatiran akan resesi global dan eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sempat sangat dominan mempengaruhi aktivitas pasar modal sepanjang 2019. Baik pasra saham duniamaupun Indonesia, tidak luput dari ekses isu global itu. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak sangat fluktuatif karena terus berada dalam tekanan.

Namun, pada penghujung 2019, tekanan global tampak mereda. Ada sejumlah faktor mendukung yang membuat pasar saham bergerak cenderung positif. Faktor utama yang disebut-sebut sebagai pemicu adalah berkurangnya kekhawatiran terjadinya resesi global.

Rebound di pasar saham dipicu oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh IMF (International Monetary Fund) yang cenderung lebih optimistis. Lembaga keuangan dunia ini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia akan berada pada level 3% pada 2019 namun cenderung lebih baik pada 2020 nanti, tepatnya 3,4%. Meski lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2018, namun angka 3,4% mengindikasikan pemulihan disbanding tahun 2019.

Perkembangan positif negosiasi dagang antara AS-Tiongkok menjadi faktor kedua yang akan mendukung optimisme pasar pada 2020. Sejauh ini, praktik perang dagang sesungguhnya punya imbas negatif pada perekonomian kedua negara. Lambat laun, jika berlanjut, resesi global seperti dikhawatirkan selama ini bisa terjadi jika kedua negara teris bersikukuh melanjutkan aksi boikot.

Namun kini ada sinyal kompromi. Kedua negara adidaya mulai menunjukan sinyal akomodatif untuk sama-sama mencari jalan penyelesaian. “Karena baik Tiongkok maupun AS sudah merasakan dampak negatif dari perang dagang yang terjadi. Ekonomi kedua negara cukup melemah di tahun 2019 ini. Terlebih lagi sudah memasuki periode pemilu untuk tahun 2020 di AS. Ini dapat memberikan suatu tekanan politik bagi Presiden Trump untuk segera menyelesaikan masalah perang dagang ini.” Ujar Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Dimas Ardhinugraha, seperti dikutip Investor.

Isu berskala global juga akan sangat mempengaruhi aktivitas pasae keuangan dunia pada 2020 adalah era suku bunga rendah. Di belahan dunia manapun, suku bunga sedang dalam tren turun, menyusul oenurunan suku bunga bank sentral Amerika maupun Eropa. Indonesia yang telah menurunkan sebesar 2% suku bunga acuannya sepanjang 2019 ke level 5% pada November 2019. BI diperkirakan masih mungkin menurunkan lebih lanjut bunga acuan, setidaknya 50 basis poin menuju 4,5%.

Dari dalam negeri, kabar tentang rencana penerapan omnibus law menjadi katalis penting kebangkitan pasar saham. Asumsinya, penerapan omnibus law akan mendongkrak kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena ada ketentuan tentang insentif penurunan pajak penghasilan (PPh) badan, penghapusan pajak dividen, dan pemangkasan birokrasi investasi. Omnibus law juga akan mendorong semakin banyal perusahaan melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.

Berdasarkan perhitungan CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, omnibus law akan mendiring pertumbuhan laba bersih emiten sebesar 3% pada 2021 dan 2% pada 2023. Omnibus law dijadwalkan dibahas DPR pada Januari dan ditargetkan rampung pada April 2020. Hal ini tentu saja mendorong investor unutk memburu saham-saham yang mempunyai track record memberikan dividen besar.

Dengan demikian pasar modal akan menjadi sektir memperolen insentif besar. Sebab PPh Badan akan turun berangsur dari 25% ke 20%. Emiten yang sudah bercokol di BEI selama lima tahun akan mendapatkan tambahan insentif sekitar 3%. Pajak dividen diindikasikan tidak dipungut biaya.

Ditopang berbagai sentimen positif, pasar saham akan lebih menjanjikan tahun 2020. Menurut Direktur Schroders Indonesia, Irwanti, suku bunga rendah bahkan suku bunga negatif, memicu investor mencari instrumen investasi untuk mendapatkan return yang lebih tinggi.

Indonesia bisa menjadi alternatif pilihan invetor global. Pasar saham Indonesia disebut menawarkan gain menarik di kalangan emerging market. Apalagi dengan kondisi global yang sentimennya membaik. Hal ini akan membantu mengangkat sentimen untuk pasar saham di Indonesia sendiri. Ia juga melihat adanya potensi positif dari efek penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia tahun ini, yang dapat mulai memberikan dampak positif.

Melihat berbagai sentimen positif tersebut, cukup beralasan pasar saham pada 2020 akan lebih semarak dibanding tahun 2019. Dengan demikian, cukup beralasan untuk mengantisipasi peluang tersebut dengan membeli saham emiten dengan fundamental bagus, termasuk emiten dengan track record bagus dalam hal membagi dividen. Emiten-emiten ini mendapat imbas positif dari pemberlakuan omnibus law.